Deritaku Cambuk Hidupku part 1

DERITAKU CAMBUK HIDUPKU



Puisi-tegar.blogspot.com_ Selamat malam para pembaca setia Tegar Indo Blog, sudah satu minggu lebih tegar tidak berbagi sepenggal kisah kehidupan seseorang yang tertuang menjadi sebuah rangkain kata - kata. Karena yang namanya kehidupan manusia kadang kita harus membutuhkan hiburan di luar juga kan. Seperti layaknya kehidupan yang tidak dapat kita tebak kapan kita bahagia dan kapan kita akan mendapatkan suatu yang membuat kita menderita, semua itu hanya yang maha kuasalah yang tahu. Kita manusia hanyalah hamba yang bodoh karena hanya bisa berenacana saja. Cobaan bukan menjadi suatu yang dapat mempermalukan kita tetapi akan menjadi cambuk untuk membuat kita selalu semangat menghadapi segala sesuatu yang nanti akan kita hadapi di masa yang akan datang, karena kita semua tahu bahwa kehidupan dunia sangatlah sulit.

Seperti cerita yang akan tegar ceritakan ini, cerita yang mungkin bisa membuat teman - teman para pembaca sadar, bahwa yang namanya kehidupan akan selalu berputar. Tidak selalu kita berada di bawah, suatu saat kita juga bisa berada diatas. Cerita ini sangat membuat saya termotivasi karena aktornya adalah seorang anak kecil yang sangat hebat sekali mampu melewati cobaan yang mungkin seumurnya tidak bisa melakukannya. Cerita ini berjudul " Deritaku Cambuk Hidupku"

...................................................................................................................................................................

DERITAKU CAMBUK HIDUPKU
                 Kenalin aku adalah seorang dokter di suatu rumah sakit negeri ternama di suatu daerah, panggil saja namaku Wahyu, umurku yang masih muda yang menyandang gelar dokter ini membuat banyak orang kagum padaku, salah satunya tetangga - tetangga di perumahan dekat rumahku ini. Mereka seakan tak percaya bahwa anak kurang mampu bisa menjadi seperti sekarang ini, Aku selalu menjelaskan pada orang - orang di sekitarku bahwa kesuksesanku ini tidak hanya secara cuma - cuma, aku selalu mendapatkan rintangan demi rintangan selalu menghalangi.
                 Jika teringat masa lalu yang dulu aku rasakan kini aku anggap sebagai derita yang paling berharga, aku adalah seorang anak bungsu dari ke -4 bersaudara yang telah lama hidup berempat sendiri an karena di tinggal oleh Ayahku, sedangkan Ibuku pergi mencari kerja untuk bisa menghidupi kami, entah kemana Ayahku, sejak umur 3 bulan aku belum pernah melihat beliau, Dan sampai saat ini pun aku harus pindah ke suatu kabupaten, nenekku tinggal disini dan berencana akan menyekolahkan aku disana, Entah kenapa aku sulit sekali bergaul ke sesama teman - teman sebayaku, dan juga kakak ku melarang aku untuk bergaul dengan mereka, karena disaat aku bermain mereka selalu menghina dengan sebutan anak tak punya bapak. sangat sakit sekali hati ini mendengar kata itu.
               Tiba saatnya hari pertama masuk sekolah, aku melihat banyak sekali anak - anak seumuranku, dari berbagai desa yang bertujuan menuntut ilmu seperti diriku ini di sekolah tersebut. Hari - hari kulewati dengan penuh kesedihan karena di kelas ini hanya aku yang belum mempunyai alat tulis ataupun buku pegangan belajar, Saat itu pelajaran Matematika, Ibu Guru mengharuskan untuk mengerjakan soal di Buku Paket Matematika yang aku tidak punya, bagaimanapun aku harus mengerjakan, Aku bertanya ke sebelah mejaku namanya Amar untuk mengijinkan agar aku dibolehkan bergabung.

" Mas Amar, bolehkan aku bergabung untuk mengerjakan soal di buku itu, Aku belum beli buku itu karena nenekku belum punya uang, Boleh ya? " pintaku

" Ha???? Dasar anak miskin, buku kok pinjem sana beli sendiri, enak saja" Jawabnya

Setelah itu aku mencoba bertanya kepada salah satu teman lagi,

"Mas , boleh ya aku ikut bergabung?" Pintaku kembali

" Nggak boleh, orang miskin dilarang gabung disini" Jawabnya

                   Semua jawaban mereka membuat aku sakit hati dan tanpa kusadari akhirnya air mataku menetes, sungguh aku rasa ini semua tidak mengenakkan, aku hanya bisa menangis hingga Ibu guru masuk ke dalam kelas kembali.

" Ada apa kamu Wahyu, ? kenapa kamu menangis ? " tanya Bu guru

Aku hanya terdiam tanpa sepatah kata apapun, hingga Bu Guru pun bertanya pada seluruh teman satu kelas ku tentang apa yang baru saja terjadi.

" Anak - anak apa yang terjadi sama wahyu? mengapa dia sampai menangis? Amar coba bilang sama ibu " Tanya IBu Guru pada Teman - teman

" Dia anak orang miskin bu, masak pinjam buku saya segala, buku ini kan mahal seharusnya dia juga punya, mana ayahnya masak nggk mau membelikan? " Jawaban Temanku yang menolak untuk aku gabung

                   Perkataan ini yang semakin membuat aku sakit hati, aku berlari pulang ke rumah meskipun jam pelajaran belum selesai. Hingga tibanya di rumah aku langsung memeluk nenek ku.

" Nenek, kenapa jadi orang miskin selalu disalahkan? apa orang miskin tidak boleh sekolah nek? Apa karena kita tidak bisa membeli apa yang mereka punyai sekarang kita harus dihina nek? " Tanyaku pada nenek


" Huuusssst, cucu nenek nggk boleh berkata seperti itu, mereka dikatakan kaya juga karena ada kita kan orang miskin, coba kalau tidak ada orang miskin pasti mereka tidak dikatakan orang kaya. Terus semua orang berhak dan boleh belajar apapun statusnya, yang membedakan adalah isi dari pelajar tersebut, percuma kalau kaya tapi tidak pintar ketika di sekolah bukan, cucuku pasti kuat kan?? nenek yakin kamu akan jadi orang yang sukses kelak, Sudah ... sudah makan sana nenek sudah masak nasi sama tempe goreng, " Jawaban Nenek

" Iya nek, Wahyu mengerti sekarang, Wahyu akan semangat belajar demi nenek, ibu, dan kakak - kakak yanbg selalu menyayangiku. "

Dengan penuh semangat aku menuju ke belakang untuk makan, dan kakak - kakak ku belum pulang dari membantu tetangga di sawah.

Keesokan harinya pelajaran melukis merupakan kesukaan anak - anak seumuranku, tapi apa daya aku tidak mempunyai pensil warna sekalipun, apakah aku harus pinjam teman sebelah bangkuku lagi, dia yang memiliki pensil warna yang tidak mungkin bisa aku beli, dan akhirnya aku mencoba untuk bertanya,

" Amir, apakah aku boleh pinjam beberapa pensil warnamu untuk melukis? " Pintaku

Sepertinya Amar membolehkan tetapi di balik semua itu dia ingin mempermalukan aku di kelas

" Iya boleh, tapi ada syaratnya ya, kau orang miskin pasti tidak akan bisa membelinya iya kan? " Jawabnya

" Apa syaratnya, akan aku lakukan agar aku bisa melukis" Tegas ku

" Syaratnya adalah kamu harus mencium kaos kakiku dan teman sebelahku ini, gimana mau nggk ? Terusnya kembali

                        Serasa hidupku penuuh banyak derita, tapi aku ingat akan kata nenek aku harus bisa menjalani ini semua karena aku ingin melihat ibu, nenek, dan kakak - kakak ku bahagia nantinya.

" Oke akan aku lakukan" Jawabku
Sambil meneteskan air mata wajahku menghampiri kaos kakinya dan aku cium kaos kaki Amar, semua ini aku lakukan demi aku bisa melukis dan aku ingin nenek senang karena aku akan membahagiakannya kelak

Setelah itu diberikanlah dua macam pensil warna " Hanya dua macam saja ? " Tanyaku.
Semua itu aku terima saja, semoga ALLAH melihat ini semua, aku hanya bisa menangis dan menangis, aku akan membuktikan pada mereka bahwa aku bisa .

4 tahun kemudian aku naik ke kelas 4, disinilah aku mulai membuktikan pada Amar bahwa aku anak orang miskin memang tak punya harta tapi aku punya kedisiplinan dan keprihatinan terhadap keluarga, aku mulai belajar setiap malam, pulang sekolah setelah membantu nenek, gembala kambing dengan membaca buku, itu semua aku lakukan agar aku bisa dapat peringkat 1. 

Hingga disaat pengumuman tiba, Ibu guru akan membagikan hasil belajar selama satu semester di kelas 4 ini, terkejutlah aku dimana akhirnya aku mendapatkan Peringkat pertama yang selalu aku impikan sejak dulu,

" Alhamdulillah Ya ALLAH, engkau kabulkan doa hamba"

"Tidak mungkin si miskin itu dapat peringkat satu, pasti ada kecurangan bu" Cetus Amar

" Kamu nggk boleh begitu amar, ini lah hasilnya, mungkin kamu belajarnya kurang maksimal" Jawab Ibu

Lalu aku pulang dengan penuh rasa bangga, sampainya di rumah, aku peluk nenek dan memberitahu dia bahwa aku telah mendapatkan harapan yang aku impikan

" Nenek, aku dapat peringkat satu nek, nenek senang kan? " Tanyaku

" Alhamdullillah nak, nenek bangga sama kamu, nenek percaya kamu akan mendapatkannya, nanti ceritakan pada kakak"mu ya wahyu, agar mereka juga bangga"

" Siap nek"

Hingga malam itu aku sangat senang sekali, aku bisa membuktikan bahwa Orang Miskin Pasti bisa asalkan mau berusaha dan selalu berdoa

Bersambung ..........

created by Ahmad Oktri Wahyu Susanto
...................................................................................................................................................................
Nantikan kelanjutan ceritanya ya ....... dijamin akan lebih seru lagi
             
LihatTutupKomentar